Jumat, 17 September 2010

Percakapan Tentang Sakit
Oleh Setiyo Bardono
 
"Mak, Indah ingin makan apel." "Tunggu ya Nak, Bapakmu belum pulang." "Mengapa harus menunggu Bapak?" "Tadi pagi, Emak sudah pesan pada Bapak, kalau pulang beli apel di stasiun."
"Emang Bapak punya uang, Mak." "Mudah-mudahan hari ini Bapak dapat banyak rezeki hingga bisa beliin Indah apel yang banyak. Makanya Indah doain Bapak ya..." "Iya, Mak." "Nah, gitu dong. Itu baru Indah, anak Emak yang cantik."
"Mak,biasanya kalau sakit kan banyak yang nengokin.Kayak waktu kita ikut nengokin Ibu Dede, Ibu Roni, Ibu Raihan.... Enak yaMak...Ada yang bawa buah-buahan. Ada yang ngasih makanan. Ada yang ngasih uang." "Hus... kamu ini, sakit kok dibilang enak." "Memang begitu kan,Mak."
"Tapi Indah nggak dirawat di rumah sakit?" "Jadi Indah harus dibawa ke rumah sakit biar ditengokin orang-orang?" "Kalau di kampung ini biasanya begitu, Nak." "Kalau begitu, mengapa Indah tidak dibawa ke rumah sakit saja?" "Uang Emak tidak cukup untuk biaya berobat ke rumah sakit.Bapakmu belum dapat kerjaan tetap.Kamu tidur ajadulu ya,sambil nungguBapak pulang.Mudahmudahan Bapak pulang bawa apel."
"Tapi Indah ingin apel dari orangorang." "Kan sama saja, Nak." "Enggak mau... Indah mau apel dari orang-orang." "Ssst...diam dulu Nak,tuh dengar ada pengumuman dari masjid."
"Perhatian bagi Ibu-Ibu warga RT 01 RW 04 yang ingin ikut menjenguk Ibu Hajjah Nuriyah yang sedang di rawat di Rumah Sakit Waras Medika,harap berkumpul di rumah Ibu Ria nanti sore pukul tiga lebih tiga puluh. Sekali lagi, pukul tiga lebih tiga puluh.Terima kasih atas perhatiannya."
***
"Indah,anak saya sakit keras Pak RT." "Sakit apa?" "Sepertinya demam.Badannya panas, kadang muntah-muntah. Semalam tak henti-hentinya dia mengigau." "Sudah diperiksa ke dokter?" "Belum Pak RT?" "Waduh, jangan sampai terlambat Mas. Jangan-jangan Indah kena demam berdarah."
"Periksa ke dokter kan biayanya mahal Pak RT." "Ke puskesmas kan bisa." "Hari minggu kan puskesmas tutup Pak RT." "Iya, ya. Kalau begitu kasih obat penurun demam saja." "Sudah Pak RT, saya sudah beli obat yang sering diiklankan di televisi itu. Katanya begitu minum langsung baikan, ternyata panasnya gak turun juga.Mana harga obatnya lumayan mahal lagi."
"Namanya juga iklan, Mas. Jadi apa yang bisa saya bantu Mas Paijo." "Maaf Pak RT, sebenarnya saya malu mengatakannya... Indah hanya ingin makan apel.Kalau kemauannya dituruti pasti dia akan lebih baikan." "Belikan saja, kan di stasiun murah. Lima ribu dapat lima. Kalau nggak punya uang, pakai uang saya saja. Gitu aja kok repot."
"Kalau itu,saya juga tahu Pak RT.Setiap hari saya kan naik kereta.Tadi sudah saya belikan,tapi Indah tidak mau makan." "Memangnya kenapa?" "Indah ingin apel pemberian orangorang." "Maksudnya?" "Wah..saya jadi malu.Begini Pak RT... Sepertinya Indah ingin dijenguk ibu-ibu warga kampung kita dan diberi apel seperti orang-orang lain yang sakit." "Oh gitu..."
"Namanya juga anak-anak. Harap maklumlah Pak." "Jadi saya harus mengumpulkan ibuibu untuk menjenguk Indah?" "Terserah Pak RT saja. Nggak usah banyak-banyak juga nggak apa-apa.Dua atau tiga orang saya kira sudah cukup" "Tapi kan Indah belum dibawa ke rumah sakit. Bagaimana saya harus mengumpulkan warga."
"Bilang saja Indah sakit keras. Memangnya harus dibawa ke rumah sakit dulu baru warga bisa menjenguknya?" "Ya, tidak begitu mas Paijo.Tapi kalau sudah dirawat di rumah sakit,warga jadi tahu bahwa sakit Indah benar-benar parah.Saya juga lebih enak ngomong-nya." "Tapi Indah benar-benar sakit pak." "Saya tahu, tapi kalau tidak dibawa ke rumah sakit, nanti warga bilang, walah baru demam aja minta dijenguk."
"Jadi Indah harus saya bawa ke rumah sakit dulu?" "Lebih baik begitu.Bukan hanya agar bisa dijenguk warga, yang lebih penting agar penyakit Indah bisa dideteksi." "Saya juga bermaksud begitu pak RT, tapi saya sedang tidak punya uang.Biaya rumah sakit kan mahal." "Waduh gimanaya.Jadi serbasalah nih." "Jadi Pak RT tidak bisa menolong saya?" "Bukan begitu,Mas" "Jadi gimana dong" "Begini saja, nanti saya bicarakan dengan Ketua Pengajian."
"Kalau bisa sore ini Pak RT,saya takut Indah kenapa-napa." "Iya, saya tahu.Tapi sebentar lagi, Ibuibu akan berangkat menjenguk Ibu Hajjah Nuriyah.Mas Paijo kan dengar sendiri tadi sudah ada pengumumamnnya dari musala. Nggak enak kan sama Ibu Nuriyah. Sudah dua hari ia dirawat di Rumah Sakit Waras Medika. Kabarnya sih mau dioperasi. Bagaimana kalau besok pagi saja."
"Kan Ibu Nuriyah orang kaya, punya rumah makan dan anaknya jadi pengusaha semua.Tanpa dijenguk pun ia bisa membayar biaya rumah sakit." "Jangan begitu Mas Paijo. Kita tidak boleh membeda-bedakan orang." "Kalau begitu, Pak RT juga jangan membeda-bedakan Indah dong." "Iya tapi Ibu Nuriyah sakit lebih dulu. Dan sekarang terbaring di rumah sakit menunggu operasi kanker kalau nggak salah.Pokoknya penyakit orang kayalah."
"Indah tidak saya bawa ke rumah sakit karena nggak ada biaya. Harusnya anak saya yang ditolong lebih dulu". "Waduh,saya jadi tambah bingung nih." "Begini saja Pak RT. Bagaimana kalau sebelum berangkat Ibu-ibu disuruh mampir ke kontrakan saya dulu." "Waduh, kan Rumah Sakit Waras Medika jauh pak. Tahu sendiri jalanjalan di ibukota seringnya macet. Kalau ibu-ibu pada ribut, nanti saya juga yang kena komplain,Mas" "Sebentar saja,lima menit juga cukup." "Besok pagi saja, Mas. Saya nggak enak sama Ibu-ibu." ***
"Walah, baru demam saja minta ditengokin." "Namanya juga anak-anak bu." "Emang sekarang di mana?" "Di rumah bu." "Saya kira dibawa ke rumah sakit." "Saya nggak punya uang buat bawa Indah ke rumah sakit." "Kita ini buru-buru mau ke rumah sakit, sore ini kita kan ibu-ibu sudah sepakat untuk nengokin Ibu Hajjah Nuriyah di Rumah Sakit Waras Medika."
"Saya tahu bu.Tapi sebentar saja,biar Indah puas" "Nanti kita terlambat bu. Jam besuknya kan antara jam empat sampai jam enam sore. Bagaimana kalau besok pagi saja, atau nanti malam sepulang dari besuk Ibu Hajjah Nuriyah." "Iya Bu Paijo, besok aja deh kita nengokin Indah. Nggak mungkin to, kita batal besuk Ibu Hajjah Nuriyah." "Maaf lho, bu. Bukannya mau beda-bedain, tapi rencana sore ini kanudahmenjadi kesepakatan kita. Bahkan warga sudah banyak yang iuran buat besuk Ibu Nuriyah. Nggak enak kalau dibatalin begitu saja." ***
"Gimana Bu..." "Katanya besok,Pak." "Tapi badan Indah semakin panas bu. Sewaktu Ibu tinggal, Indah juga muntah sampai empat kali." "Apa dibawa ke dokter saja?" "Bapak punya uang?" "Nggak sih." "Ke puskesmas saja." "Hari minggu kan puskesmas tutup." "Oalah, Pak... Kenapa Indah harus sakit di hari Minggu?" "Bukan hanya jangan sakit di hari Minggu bu. Kalau bisa jangan sakit di Jakarta dan sekitarnya." "Jakarta dan sekitarnya.... Seperti adzan magrib saja. Mungkin memang beginilah nasib orang miskin. Makanya Bapak yang bener cari kerjaannya" "Jangan bilang begitu Bu.Bapak juga sedang berusaha. Maklumlah, Bapak kan cuma lulusan SMP. Sabar ya... Gusti Allah tidak tidur, semua pasti ada jalan keluarnya." "Gusti Allah memang tidak pernah tidur. Kamunya saja yang tidak pernah salat,makanya rezeki kita seret. " "Udah... udah... ah. Jangan diungkitungkit terus." ***
"Bu, Indah ingin makan apel." "Iya, Nak. Itu apelnya sudah ada. Ibu kupasin ya..." "Indah maunya apel dari orangorang." "Entar, ya... Ibu-ibu belum pulang dari rumah sakit." "Indah maunya sekarang." "Pak...gimana ini.Badan Indah semakin panas saja." "Gimana kalau kita bawa saja ke rumah sakit." "Yang mau bayar siapa?" "Ya, gimana entar sajalah. Aku takut Indah kenapa-napa."
"Kalau begitu, coba Bapak ke rumah Pak RT lagi. Siapa tahu kali ini dia bisa menolong. Kalau nggak coba cari pinjaman ke rumah pak Husein." "Hutang yang dulu saja belum lunas Bu.Bunganya juga semakin menumpuk. Nanti kita bayarnya pakai apa?" "Ya, dicoba dulu Pak. Ngomong baikbaik, barangkali Pak Husein mau memberi pinjaman tanpa bunga." "Tanpa bunga? Sepertinya mustahil Bu.Tapi ya, udah-lah, Bapak akan coba bicara dengan Pak Husein. Tunggu sebentar ya..." ***
"Wah,rumah sakitnya bagus banget ya." "Iya, pasti biayanya mahal. Apalagi Ibu Hajjah Nuriyah dirawat di ruang VIP. Bisa habis puluhan juta tuh..." "Kalau aku, punya uang segitu, mendingan buat beli rumah. Nggak enak kan, bertahun-tahun hidup ngontrak melulu." "Anak-anaknya juga baik-baik semua. Udahkaya,baik lagi.Kapan saya bisa punya anak-anak seperti itu."
"Ibu Hajjah Nuriyah memang beruntung punya anak-anak seperti mereka." "Iya, ya. Tadi anak yang paling tua, malah nraktir kita semua makan fried chicken. Sebenarnya nggak enak, nyumbang cuma goceng, ditraktir makan enak. He... he..." "Nggak enak sih nggak enak. Tapi kayaknya kamu tadi nambah ya." "Enak aja.Bukannya kamu juga nambah." "Udah... udah... gitu aja ribut." "Iya, tuh.Kayak nggak pernah makan enak saja." "We... sirik. Kamu sendiri seringnya beli ikan asin di warung Bu Ijah.Udah itu ngutang lagi."
"Walah... kayak kamu nggak pernah ngutang aja. Sekarang kamu kan nggak pernah belanja di warung Bu Ijah.Takut ditagih utang tuh." "Udah... udah... baru njenguk orang sakit kok ya pada ribut to... Tuh lihat kita udah nyampe...." "Bang...Stop Bang.Sampai di sini saja." "Iya,Bang.Di sini saja,kalau di depan musala, jalannya kejauhan." "Ayo, turunnya jangan berebut." "Iya, nih...Orang kok badannya gedegede amat, jadi sulit turun."
"Sst, jangan ribut. Dengar tuh ada pengumuman dari musala." "Innalillahi wa innailaihi rojiun. Diberitahukan kepada seluruh warga RT I RW IV, telah meninggal dunia dengan tenang Indah Ratna Juwita Binti Paijo. Dimohon kepada seluruh warga, terutama anak-anak muda, untuk bisa membantu persiapan pemakaman yang Insya Allah akan dilaksanakan besok pukul sepuluh pagi.

(Sumber: Seputar Indonesia, 6 Januari 2008)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar