Jumat, 17 September 2010

Malaikat Tanpa Sayap
Oleh Fitria Yunivita


Di kala bintang bersinar riang, sang bulan menemani setiap insan yang tertidur lelap dengan cahaya remang-remangnya. Angin malam bertiup semilir dan mendinginkan suasana yang telah seharian terik dan begitu panas menyengat.
Seorang wanita memancarkan kelembutan di wajahnya. Senyuman selalu dia sematkan di bibirnya. Dan sorot matanya begitu menyejukkan jiwa. Mulutnya nampak bergerak membuat kata demi kata hingga terbentuk suatu cerita. Wanita itu adalah ibuku. Beliau memberikan nama yang begitu indah untukku. Angel, that’s my name.
Sejak kecil hingga aku dewasa, beliau sering bercerita tentang malaikat. Mungkin, bunda sangat suka dengan makhluk yang satu ini.
Malaikat. Makhluk bersayap dan berjubah putih bersih yang melambangkan kesucian dan kemurnian hatinya. Wajahnya bersinar menambah kemilau hatinya. Dia dapat terbang mengelilingi langit biru atau terbang di dekatmu.
Kata bunda, dia tidak pernah makan karena perutnya sudah penuh dengan kebaikan. Kebaikan adalah makanan yang disukai para malaikat. Bunda bilang malaikat itu membantu Tuhan untuk menjagaku siang dan malam. Jadi, aku tidak perlu takut walaupun aku sendirian.

***

Wow, aku sering takjub mendengar cerita beliau. Aku membayangkan makhluk yang unik ini. Mungkin dia memiliki mahkota bunga di kepalanya seperti para peri. Atau berkacamata mirip profesor yang superpintar. Bisa jadi, telinganya dihiasi dengan anting emas, kalung permata, gelang perak, dan mutiara. Cantik bak model papan atas. Jubahnya yang putih bersih itu pasti di-laundry atau dry clean sehari tiga kali. Begitulah bayangkan seorang malaikat ketika aku masih kecil.
Bunda tak hanya bercerita tentang malaikat itu. Beliau melanjutkan ceritanya tentang malaikat yang lain. Para dermawan, sahabat, orang yang suka membantu, orang yang tidak memikirkan diri sendiri, orang yang mau berkorban, dan orang baik lainnya. Mereka adalah malaikat yang bisa kita lihat di muka bumi. Mereka akan selalu memberikan kehangatan di tengah dinginnya dunia. Bunda menyebut mereka malaikat tanpa sayap. Pesan bunda yang selalu kuingat adalah, "jadilah malaikat tanpa sayap itu."

***

Waktu aku remaja, bunda sudah jarang bercerita tentang malaikat. Beliau bekerja pagi hingga malam. Aku pun membantu bunda menjual kue kering ke teman sekolahku. Namun, aku tak sanggup mengangkat semua beban yang dipikul bunda. Ketika dini hari, beliau menanak nasi dan lauk-pauk untuk dijual di terminal. Saat matahari baru melihat dunia, bunda sudah di perumahan mewah untuk membantu majikan mencuci baju dan membersihkan rumah. Di kala matahari sanggup membakar tubuh, bunda telah menaiki bus-bus untuk menjajakan jualannya.
Aku sudah berusaha meyakinkan bunda kalau aku tak perlu sekolah, tapi tak berhasil. Justru beliau yang sanggup meyakinkanku untuk terus sekolah. "Kamu harus sekolah yang tinggi biar jadi anak pintar. Nanti, bunda ingin melihatmu diwisuda. Kalau sudah diwisuda, kamu harus membiayai bundamu ini." Aku tahu itu adalah mimpi bunda yang terbesar.
Aku menyalahkan Tuhan atas semua kesusahan kami. Hatiku menjerit dalam setiap doa-doaku. Sering aku menangis melihat bundaku kelelahan, namun dia selalu memelukku untuk menghiburku. Matanya sering terlihat sayu dan tubuhnya semakin kurus karena sakit-sakitan. Tapi, seulas senyum dia tunjukkan padaku sebagai bukti ketegarannya. Untuk itulah aku pun harus kuat menghadapi semuanya.
**
Kubuka mata menghadapi hal baru. Dengan yang kupakai, aku nampak bersahaja. Make up di wajahku nampak sedikit tebal. Kebaya melekat di badanku. Aku ingat mimpi bunda agar aku bisa kuliah. Kini semuanya terkabul. Aku telah menyelesaikan kuliah satu semester lebih cepat. Indek prestasiku terbilang memuaskan, yakni 3,5! Bundaku pasti sangat bangga. Karena berkat usahanya aku sanggup melakukan ini.
***
Seminggu yang lalu, bunda terbaring lemah di sebuah rumah sakit kecil di kotaku. Tubuhnya begitu kurus, tapi perutnya buncit seperti orang hamil. Dokter mengatakan kalau bunda terkena komplikasi. Penyebabnya karena terlalu lelah dan makan yang tidak teratur. Aku begitu sedih mendengarnya. Namun bunda masih terlihat tenang. Bahkan, beliau kembali menceritakan malaikat. Katanya, jika bertemu Tuhan, beliau akan meminta-Nya mengirimkan banyak malaikat untukku,
Siang menjelang, nafas bunda tersengal-sengal. Beliau sedang melawan maut, Selama setengah jam beliau bertahan, setelah itu, bunda menutup mata erat-erat sambil memelukku. Aku banya bisa mengiringi kepergain beliau dengan jerit tangis dan doa.
***
Aku tahu walau bundaku tak ada di sini melihat anak kesayangannya diwisuda, namun beliau pasti melihatku dengan bangga di surga. Aku percaya, saat ini beliau tengah melihatku dengan sayapnya. Kini beliau menjadi malaikatku. Saat beliau hidup pun, bunda telah menjadi malaikat pelindungku, namun tanpa sayap di badannya.

***

You are the prettiest woman that I ever have
Your heart is more beautiful than the best diamond in the world
You always here for me and never leave me alone
You give your sweet smile when I am sad
You lend your shoulder for me when I cry
You hold me when I am worry
You guide me when I have a fear
You laugh togehteher with me when I am happy
Yes, you are my mother, the best mother in the world and in my life
You are my angel, an angel without wings
One word that I want to say for my dear mother, "I love you mom"


(Jawa Pos, 13 September 2005)

1 komentar:

  1. 1 siapakah yang diceritkan
    2 apkah yang diceritakan
    3 kapankah cerita itu berlangsung
    4 dimanakah cerita itu berlangsung
    5 bagaimana carita berlangsung
    6 mengapa dan bagaimana akhir cerita

    Mohon dijawab ya sekarang juaga

    BalasHapus